1. KEPADATAN
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah
penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan
jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita
akan kerurangan stok bahan makanan.
Jumlah
penduduk di suatu wilayah tidaklah tetap, namun akan selalu berubah (bertambah
atau berkurang) sering dengan perjalanan waktu. Pertambahan penduduk terjadi
karena angka kelahiran dan angka kematian tidak seimbang, dimana angka
kelahiran lebih besar dari angka kematian. Pertambahan penduduk juga
dipengaruhi selisih angka penduduk yang masuk dan keluar suatu wilayah.
Pertambahan penduduk suatu wilayah berupa angka-angka yang kongkrit dalam
pertamahan setiap tahunnya, sedangkan pertumbuhan penduduk berupa besaran
prosentasenya saja.
Persebaran
atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah
atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Kepadatan
penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan
penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia tidak
sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan
pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa dapat mendukung
kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan, misalnya di Kalimantan, Papua,
Sulawesi, dan Sumatra. Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu
ada batasnya. Jadi, meskipun di Jawa daya dukung lingkungannya tinggi, namun
juga perlu diingat batas kemampuan wilayah ter sebut dalam mendukung kehidupan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :
1.
Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk
membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan
mengurangi jumlah angka kelahiran.
2.
Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah
angka kelahiran yang tinggi.
Cara-cara
yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :
1.
Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2.
Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
3.
Mengurangi kepadatan penduduk dengan program
transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4.
Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
2.
MIGRASI
Istilah imigrasi berasal dari bahasa
Latin migratio yang berarti perpindahan orang dari suatu tempat atau negara
menuju ke tempat atau negara lain (M. Iman Santoso, 2004). Ada istilah
emigratio yang memiliki arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu
wilayah atau negara ke luar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya istilah
immigratio dalam bahasa Latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu
negara untuk masuk ke dalam negara lain.
Pada hakekatnya emigrasi dan
imigrasi itu menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk antarnegara,
tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang pindah kenegara
lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi, namun bagi negara
yang didatangi orang tersebut sebagai peristiwa imigrasi.
Konferensi internasional tentang emigrasi dan imigrasi, tahun 1924 di Roma memberikan definisi imigrasi sebagai suatu: “Human mobility to enter a country with its purpose to make a living or for residence.” (Gerak pindah manusia memasuki suatu negeri dengan niat untuk mencari nafkah dan menetap disana).
Ketika muncul konsep negara dan kedaulatan atas suatu wilayah tertentu, maka, dalam melakukan perlintasan antarnegara, digunakan paspor yang secara harfiah berarti melewati (pintu masuk) pelabuhan. Paspor adalah pas atau izin melewati pelabuhan atau pintu masuk, yang berasal dari kata to pass yaitu melewati, dan port yaitu pelabuhan atau pintu masuk. Paspor ini biasanya memuat identitas kewarganegaraan pemegangnya.
Oleh karena itu negara yang mengeluarkan berkewajiban memberi perlindungan hukum dimana pun kepada pemegang berada. Selain itu di dalam paspor dicantumkan kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mengizinkan pemegang paspor berlalu secara leluasa, memberi bantuan, dan perlindungan kepadanya di dalam melintasi batas suatu negara.
Kemudian di dalam rangka menyeleksi orang asing yang ingin masuk dan melakukan perjalanan ke negara lain, dibutuhkan visa. Istilah visa berasal dari kata Latin visum yang artinya laporan atau keterangan telah diperiksa. Kemudian, istilah visa dipergunakan sebagai istilah teknis di bidang keimigrasian yang artinya adalah cap atau tanda yang diterakan pada paspor, yang menunjukkan telah diperiksa dan disetujui oleh pejabat negara tujuan, di luar negeri, untuk memasuki negara asal pejabat negara asing itu.
Pemeriksaan paspor dan visa yang tercantum di dalamnya merupakan bagian dari proses keimigrasian pada saat kedatangan orang asing di suatu negara. Dalam pernyatan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam lingkungan batas-batas tiap negara dan setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri, termasuk negerinya sendiri dan berhak kembali kenegerinya sendiri.
Macam-macam
migrasi antara lain :
Pertama , Migrasi Internasional dibagi menjadi tiga , yaitu :
Pertama , Migrasi Internasional dibagi menjadi tiga , yaitu :
- Imigrasi => Masuknya penduduk ke suatu negara
- Emigrasi => Keluarnya penduduk ke negara lain
- Remigrasi => Kembalinya penduduk ke negara
Kedua ,
Migrasi Nasional dibagi menjadi empat , yaitu :
- Urbanisasi => Dari Desa ke Kota
- Transmigrasi => Dari Pulau ke Pulau
- Ruralisasi => Dari Kota ke Desa
- Evakuasi => Dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman
Ada beberapa
faktor yang mendorong sehingga terjadinya migrasi penduduk, antara lain:
a.
Faktor ekonomi
Faktor
ekonomi merupakan faktor utama yang meyumbang kepada berlakunya proses migrasi
ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan kukuh menyebabkan wujudnya banyak
sektor-sektor pertanian, pembinaan dan perkilangan, sekaligus membuka peluang
kepada rakyat sesebuah negara termasuk juga golongan pendatang yang datang
khususnya untuk mencari rezeki di negara orang.
b. Taraf ekonomi yang rendah di negara sendiri.
Bagi negara Malaysia khususnya, kemakmuran ekonomi
seringkali dijadikan alasan untuk menjelaskan mengapa negara ini menarik
perhatian ramai rakyat Indonesia dan Bangladesh malah termasuk juga
negara-negara yang mengalami taraf ekonomi yang gawat.
c. Faktor sosiobudaya
Sebenarnya faktor sosiobudaya juga memainkan peranan
utama menyebabkan pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke
negara kita. Bahkan boleh dikatakan faktor sosiobudaya ini memainkan peranan
yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi, menjadi daya tarikan kepada
pendatang Indonesia ini.
d. Faktor kestabilan politik
Kestabilan politik sesebuah negara memainkan peranan
yang penting dan berkait rapat dengan ekonomi negara dan proses migrasi
antarabangsa. Sebuah negara yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat
mengelakkan berlakunya migrasi penduduk negara tersebut ke negara lain,
sebaliknya menyebabkan penduduk negara lain berhijrah ke negara tersebut.
Dampak
migrasi penduduk
Dampak positif dari imigrasi yaitu dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli, dapat
menambah rasa solidaritas antarbangsa, adanya pengenalan ilmu dan teknologi
dapat mempercepat alih teknologi.
Dampak negatif dari imigrasi yaitu masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki
tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan
lain-lain.
Dampak positif dari emigrasi yaitu dapat menambah devisa bagi negara terutama dari
penukaran mata uang asing, dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain,
dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri.
Dampak negatif dari
emigrasi yaitu emigran yang
tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya, kekurangan tenaga terampil dan
ahli bagi negara yang ditinggalkan.
Dampak positif dari
transmigrasi yaitu dapat
mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya, dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat terutama transmigran, dapat memenuhi kekurangan tenaga
kerja di daerah tujuan transmigrasi, dapat mempercepat pemerataan persebaran
penduduk.
Dampak negatif dari
transmigrasi yaitu adanya
kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran, terbengkalainya tanah pertanian di
daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya
Dampak Positif
Urbanisasi yaitu dapat mengurangi jumlah pengangguran di desa, dapat memenuhi kebutuhan tenaga
kerja di kota, meningkatkan taraf hidup penduduk desa, dapat meningkatkan
Perekonomian di kota.
Dampak negatif dari
urbanisasi yaitu berkurangnya
tenaga terampil dan terdidik di desa, produktivitas pertanian di desa menurun,
meningkatnya pengangguran di kota, meningkatnya tindak kriminalitas di kota,
timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan.
3. HAM
Contoh Kasus
Pelanggaran HAM di Indonesia
Pada bulan November 1998
pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa untuk menentukan
Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan.
Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan ini dan
mereka mendesak pula untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan
pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari dunia internasional terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mecegah mahasiswa berkumpul.
Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani dan jika perlu mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia baru.
Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.
Esok harinya Jum'at tanggal 13 November 1998 ternyata banyak mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di depan kampus Atma Jaya Jakarta. Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat dan saat di jalan itu juga sudah ada mahasiswa yang tertembak dan meninggal seketika di jalan. Ia adalah Teddy Wardhana Kusuma merupakan korban meninggal pertama di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Atma Jaya untuk berlindung dan merawat kawan-kawan dan masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernadus R. Norma Irawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Atma Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan saat itu juga lah semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka.
Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu hingga jumlah korban yang meninggal mencapai 15 orang, 7 mahasiswa dan 8 masyarakat. Indonesia kembali membara tapi kali ini tidak menimbulkan kerusuhan.
Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-tokoh politik saat itu tidak peduli dan tidak mengangap penting suara dan pengorbanan masyarakat ataupun mahasiswa, jika tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan mahasiswa berjuang sendirian saat itu. Peristiwa itu dianggap sebagai hal lumrah dan biasa untuk biaya demokrasi. "Itulah yang harus dibayar mahasiswa kalau berani melawan tentara".
Betapa menyakitkan perlakuan mereka kepada masyarakat dan mahasiswa korban peristiwa ini. Kami tidak akan melupakannya, bukan karena kami tak bisa memaafkan, tapi karena kami akhirnya sadar bahwa kami memiliki tujuan yang berbeda dengan mereka. Kami bertujuan memajukan Indonesia sedangkan mereka bertujuan memajukan diri sendiri dan keluarga masing-masing. Sangat jelas!
Komentar
Setelah membaca sebuah artikel
diatas tentang kerusuhan 1998 yang terjadi dibeberapa tempat di daerah Jakarta,
maupun diluar daerah Jakarta. Saya dapat menyimpulkan bahwa banyak terjadi
pelanggaran HAM, bahkan ada yang termasuk dalam pelanggaran HAM. Salah satu
contohnya adalah ketika para mahasiswa dan juga masyarakat luas sedang
berunjuk-rasa menentang atau menolak Sidang Istimewa 1998 yang membahas untuk
menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan
dilakukan dan juga menentang dwifungsi ABRI.
Ketika itu ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju Gedung MPR/DPR dari segala arah, namun usaha itu tidak berhasil karena penjagaan yang ketat dari personil ABRI. Pada malam hari di hari yang sama terjadi bentrokan yang pertama kali di daerah Slipi. Banyak korban luka-luka dari mahasiswa bahkan satu orang pelajar tewas dalam insiden berdarah tersebut.
Dari salah satu dari sekian banyak pelanggaran HAM dari contoh kasus tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan ABRI pada saat itu sangat melanggar hak asasi manusia untuk berpendapat. Bukannya para mahasiswa dan masyarkat mengeluarkan aspirasinya justru tindakan arogan dari aparat saat itu. Banyak kejadian yang melanggar HAM bahkan tidak sedikit korban yang berjatuhan baik yang luka-luka ataupun korban jiwa.
Itu menunjukan bahwa pada saat itu hak asasi sebagai manusia tidak berjalan yang menyebabkan banyaknya protes-protes dari kalangan mahasiswa ataupun masyarakat.
SUMBER REFERENSI :



